Dalam tradisi pernikahan di Indonesia, mahar selalu menjadi bagian penting yang menyimbolkan kesungguhan dan tanggung jawab seorang suami kepada istrinya. Bentuk mahar bervariasi, mulai dari perhiasan, seperangkat alat salat, hingga uang tunai.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, emas, khususnya logam mulia menjadi semakin populer sebagai pilihan mahar. Perubahan tren ini bukan sekadar ikut-ikutan, melainkan didasari alasan yang cukup kuat, baik dari sisi nilai maupun makna.
Jika kita coba menengok ke belakang, mahar dalam bentuk uang tunai sering dipilih karena dianggap praktis. Nilai nominalnya jelas, mudah digunakan, dan fleksibel. Namun ada satu persoalan yang muncul: uang kertas selalu tergerus inflasi.
Mengapa Mahar Emas Semakin Diminati?
Uang tunai, yang dulunya sering dipilih karena dianggap praktis dan fleksibel, memiliki satu kelemahan besar: nilainya tergerus inflasi. Sebagai contoh, uang Rp1 juta di tahun 2000 memiliki nilai daya beli yang jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai yang sama di tahun 2025. Artinya, mahar uang yang dulu terlihat besar bisa “menyusut” nilainya seiring waktu.
Di sisi lain, emas memiliki sifat istimewa karena nilainya cenderung naik dalam jangka panjang. Contohnya, 5 gram emas yang dijadikan mahar pada tahun 2010 mungkin bernilai sekitar Rp1,5 juta, tetapi di tahun 2025 nilainya bisa mencapai lebih dari Rp6 juta. Dengan demikian, emas tidak hanya berfungsi sebagai mahar simbolis, tetapi juga sebagai aset nyata yang bermanfaat di masa depan dan dapat menjadi bekal finansial awal bagi pasangan yang baru memulai hidup bersama.
Mahar Emas Simbol Investasi Jangka Panjang
Dalam dua dekade terakhir, mahar emas batangan atau yang lebih dikenal dengan logam mulia, kimi makin populer. Alasannya jelas, emas terbukti menjadi aset yang tahan inflasi, likuid, dan diakui nilainya secara global. Tren ini terutama berkembang di kalangan muda urban yang semakin sadar pentingnya investasi.
Kelebihan lainnya dari mahar emas logam mulia adalah, nilainya yang cenderung naik, atau fungsinya yang jelas untuk menjaga nilai harta sehingga ketika dicairkan, tidak akan berkurang, malah cenderung bertambah. Mahar emas juga mudah diuangkan dengan harga buyback yang transparan. Ditambah lagi dengan layanan antar emas saat ini yang menggunakan sistem COD sehingga siapapun bisa melakukan transaksi emas dengan aman dan nyaman.
Kelebihan lain yang bisa dirasakan para pasangan setelah berumah tangga nanti adalah, mahar emas sangat bisa menjadi tabungan atau dana darurat. Nilainya yang tetap, sistem buyback yang mudah, menjadi nilai tambah betapa mahar emas cocok untuk menjadi tabungan masa depan. Tentu, mahar emas juga memiliki beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebagai mahar. Salah satunya adalah, mahar emas logam mulia tidak bisa digunakan sebagai aksesori harian, mahar emas juga perlu penyimpanan khusus, karena berupa emas fisik.
Emas Batangan vs. Emas Perhiasan: Mana yang Lebih Baik?
Baik emas batangan (logam mulia) maupun emas perhiasan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sebagai mahar.
Mahar Emas Batangan (Logam Mulia)
Emas batangan atau logam mulia menjadi pilihan populer karena terbukti sebagai aset yang tahan inflasi dan likuid (mudah dijual kembali) dengan nilai yang diakui secara global. Tren ini berkembang di kalangan anak muda urban yang sadar akan pentingnya investasi. Nilainya cenderung naik dan fungsinya jelas untuk menjaga nilai harta. Selain itu, mahar emas batangan dapat menjadi tabungan atau dana darurat yang sangat bernilai. Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, seperti tidak bisa digunakan sebagai aksesori harian dan memerlukan penyimpanan khusus.
Mahar Emas Perhiasan
Perhiasan emas seperti cincin, gelang, atau kalung masih memegang peran besar sebagai mahar di Indonesia. Kelebihannya adalah dapat langsung dipakai dan memiliki nilai estetika serta emosional yang kuat pada hari pernikahan. Dalam banyak budaya, perhiasan mahar juga bisa diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikannya simbol cinta dan sejarah keluarga. Namun, ketika dijual kembali, ada potongan biaya pembuatan (ongkos pembuatan) yang membuat nilainya lebih rendah dari emas batangan. Selain itu, perhiasan rentan hilang atau rusak karena sering digunakan.
Memilih Mahar
Dengan banyaknya pilihan mahar untuk pernikahan, dalam islam sendiri tidak menentukan standar bentuk atau jumlah mahar, asalkan bernilai dan mampu diberikan oleh calon suami.
Rasulullah ﷺ sendiri memberi teladan bahwa mahar bisa sederhana, bahkan sekadar cincin besi. Artinya, mahar bukan untuk memberatkan, tetapi untuk memuliakan pernikahan.
Namun, dalam konteks modern, memilih mahar yang bermanfaat seperti emas dapat menjadi wujud tanggung jawab dan visi jauh ke depan. Dengan mahar emas, seorang suami bukan hanya memenuhi syariat, tetapi juga memberi bekal nilai untuk masa depan keluarga.
Menurut survei Katadata Insight Center (2023), sekitar 56% masyarakat Indonesia memilih emas sebagai bentuk investasi utama mereka, mengalahkan deposito dan reksa dana. Tren ini berimbas pada pernikahan: semakin banyak pasangan yang memilih emas, baik batangan maupun perhiasan, sebagai mahar.
Sementara itu, mahar uang masih tetap eksis, terutama di kalangan masyarakat pedesaan atau keluarga yang mengutamakan tradisi tertentu. Di sisi lain, perhiasan tetap populer karena fungsinya yang ganda, yakni estetika dan investasi ringan.
Frequently Asked Questions (FAQ) Seputar Mahar Emas
Pilihan Cerdas untuk Masa Depan: Kombinasi Mahar
Meskipun emas semakin populer, mahar uang tunai tidak sepenuhnya ketinggalan zaman. Uang tetap memiliki fleksibilitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan mendesak setelah menikah, seperti biaya sewa rumah atau keperluan sehari-hari. Oleh karena itu, banyak pasangan modern memilih kombinasi mahar, sebagian uang tunai dan sebagian lagi emas, untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan jangka pendek dan tabungan jangka panjang.
Kombinasi ini dianggap paling seimbang karena memenuhi aspek syariat, romantisme, dan investasi. Contohnya, mahar bisa berupa cincin emas 5 gram sebagai simbol cinta, emas batangan 10 gram sebagai tabungan, dan uang tunai Rp1.000.000 sebagai pelengkap. Dengan cara ini, mahar tidak hanya indah di hari pernikahan, tetapi juga bermanfaat untuk masa depan keluarga, seperti tabungan pendidikan hingga dana darurat.
Pada akhirnya, mahar terbaik adalah yang mampu menggabungkan aspek syariat, kemampuan calon suami, serta manfaat nyata bagi keluarga. Di era ekonomi yang tidak menentu ini, emas—baik batangan maupun perhiasan—memegang peran penting sebagai mahar yang bukan hanya simbol cinta, tetapi juga bekal bernilai yang dapat menjaga ketahanan keluarga dari waktu ke waktu
